Perang Dunia II, atau
Perang Dunia Kedua (biasa disingkat menjadi
PDII atau
PD2), adalah sebuah
perang global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Perang ini melibatkan
banyak sekali negara di dunia —termasuk semua
kekuatan besar—yang pada akhirnya membentuk dua aliansi
militer yang saling bertentangan:
Sekutu dan
Poros. Perang ini merupakan perang terluas dalam sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta orang di berbagai pasukan
militer. Dalam keadaan "
perang total",
negara-negara besar memaksimalkan seluruh kemampuan ekonomi, industri,
dan ilmiahnya untuk keperluan perang, sehingga menghapus perbedaan
antara sumber daya sipil dan militer. Ditandai oleh sejumlah peristiwa
penting yang melibatkan kematian massal warga sipil, termasuk
Holocaust dan
pemakaian senjata nuklir dalam peperangan, perang ini memakan korban jiwa sebanyak
50 juta sampai 70 juta jiwa. Jumlah kematian ini menjadikan Perang Dunia II
konflik paling mematikan sepanjang
sejarah umat manusia.
[1]
Kekaisaran Jepang berusaha mendominasi
Asia Timur dan sudah memulai
perang dengan
Republik Tiongkok pada tahun 1937,
[2] tetapi perang dunia secara umum pecah pada tanggal 1 September 1939 dengan
invasi ke
Polandia oleh
Jerman yang diikuti serangkaian pernyataan perang terhadap Jerman oleh
Perancis dan
Britania. Sejak akhir 1939 hingga awal 1941, dalam serangkaian kampanye dan
perjanjian, Jerman membentuk aliansi Poros bersama
Italia, menguasai atau menaklukkan sebagian besar benua Eropa. Setelah
Pakta Molotov–Ribbentrop, Jerman dan Uni Soviet berpisah dan menganeksasi wilayah negara-negara tetangganya sendiri di Eropa,
termasuk Polandia. Britania Raya, dengan
imperium dan
Persemakmurannya, menjadi satu-satunya kekuatan besar Sekutu yang terus berperang melawan blok Poros, dengan mengadakan pertempuran di
Afrika Utara dan
Pertempuran Atlantik. Bulan Juni 1941, Poros Eropa melancarkan invasi terhadap Uni Soviet yang menandakan terbukanya
teater perang darat terbesar sepanjang sejarah,
yang melibatkan sebagian besar pasukan militer Poros sampai akhir
perang. Pada bulan Desember 1941, Jepang bergabung dengan blok Poros,
menyerang Amerika Serikat dan
teritori Eropa di
Samudra Pasifik, dan dengan cepat menguasai sebagian besar Pasifik Barat.
Serbuan Poros berhenti pada tahun 1942, setelah Jepang kalah dalam
berbagai pertempuran laut dan tentara Poros Eropa dikalahkan di
Afrika Utara dan
Stalingrad. Pada tahun 1943, melalui serangkaian
kekalahan Jerman di
Eropa Timur,
invasi Sekutu
ke Italia, dan kemenangan Amerika Serikat di Pasifik, Poros kehilangan
inisiatif mereka dan mundur secara strategis di semua front. Tahun 1944,
Sekutu Barat
menyerbu Perancis,
sementara Uni Soviet merebut kembali semua teritori yang pernah
dicaplok dan menyerbu Jerman beserta sekutunya. Perang di Eropa berakhir
dengan
pendudukan Berlin oleh tentara Soviet dan Polandia dan
penyerahan tanpa syarat Jerman pada tanggal
8 Mei 1945.
Sepanjang 1944 dan 1945, Amerika Serikat mengalahkan Angkatan Laut
Jepang dan menduduki beberapa pulau di Pasifik Barat, menjatuhkan bom
atom di negara itu menjelang
invasi ke Kepulauan Jepang. Uni Soviet kemudian mengikuti melalui negosiasi dengan menyatakan perang terhadap Jepang dan
menyerbu Manchuria.
Kekaisaran Jepang menyerah pada tanggal 15 Agustus 1945, sehingga
mengakhiri perang di Asia dan memperkuat kemenangan total Sekutu atas
Poros.
Perang Dunia II mengubah haluan politik dan struktur sosial dunia.
Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) didirikan untuk memperkuat kerja sama internasional dan mencegah
konflik-konflik yang akan datang. Para kekuatan besar yang merupakan
pemenang perang—Amerika Serikat, Uni Soviet, Tiongkok, Britania Raya,
dan Perancis—menjadi
anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
[3] Uni Soviet dan Amerika Serikat muncul sebagai kekuatan super yang saling bersaing dan mendirikan panggung
Perang Dunia yang kelak bertahan selama 46 tahun selanjutnya. Sementara itu, pengaruh kekuatan-kekuatan besar Eropa mulai melemah, dan
dekolonisasi Asia dan
Afrika dimulai. Kebanyakan negara yang industrinya terkena dampak buruk mulai menjalani
pemulihan ekonomi. Integrasi politik, khususnya
di Eropa, muncul sebagai upaya untuk menstabilkan hubungan pascaperang.
Kronologi
Awal terjadinya perang umumnya disetujui pada tanggal 1 September 1939, dimulai dengan
invasi Jerman ke Polandia;
Britania dan Perancis menyatakan perang terhadap Jerman dua hari
kemudian. Tanggal lain mengenai awal perang ini adalah dimulainya
Perang Tiongkok-Jepang Kedua pada 7 Juli 1937.
[4][5]
Lainnya mengikuti sejarawan Britania Raya
A. J. P. Taylor,
yang percaya bahwa Perang Tiongkok-Jepang dan perang di Eropa beserta
koloninya terjadi bersamaan dan dua perang ini bergabung pada tahun
1941. Artikel ini memakai penanggalan konvesional. Tanggal-tanggal awal
lainnya yang sering dipakai untuk Perang Dunia II juga meliputi
invasi Italia ke Abisinia pada tanggal 3 Oktober 1935.
[6] Sejarawan Britania raya
Antony Beevor memandang awal Perang Dunia Kedua terjadi saat Jepang menyerbu Manchuria bulan Agustus 1939.
[7]
Tanggal pasti akhir perang juga tidak disetujui secara universal. Dari dulu disebutkan bahwa perang berakhir saat
gencatan senjata 14 Agustus 1945 (
V-J Day), alih-alih penyerahan diri resmi Jepang (2 September 1945); di sejumlah teks sejarah Eropa, perang ini berakhir pada
V-E Day (8 Mei 1945). Meski begitu,
Perjanjian Damai dengan Jepang baru ditandatangani pada tahun 1951,
[8] dan
dengan Jerman pada tahun 1990.
[9]
Latar belakang
Perang Dunia I membuat perubahan besar pada peta politik, dengan kekalahan
Blok Sentral, termasuk
Austria-Hongaria, Jerman, dan
Kesultanan Utsmaniyah; dan perebutan kekuasaan oleh
Bolshevik di
Rusia
pada tahun 1917. Sementara itu, negara-negara Sekutu yang menang
seperti Perancis, Belgia, Italia, Yunani, dan Rumania memperoleh wilayah
baru, dan negara-negara baru tercipta setelah runtuhnya
Austria-Hongaria,
Kekaisaran Rusia, dan
Kesultanan Utsmaniyah.
Meski muncul
gerakan pasifis setelah perang,
[10][11] kekalahan ini masih membuat nasionalisme
iredentis dan
revanchis
pemain utama di sejumlah negara Eropa. Iredentisme dan revanchisme
punya pengaruh kuat di Jerman karena kehilangan teritori, koloni, dan
keuangan yang besar akibat
Perjanjian Versailles. Menurut perjanjian ini, Jerman kehilangan 13 persen wilayah dalam negerinya dan seluruh
koloninya di luar negeri,
sementara Jerman dilarang menganeksasi negara lain, harus membayar
biaya perbaikan perang, dan membatasi ukuran dan kemampuan angkatan
bersenjata negaranya.
[12] Pada saat yang sama,
Perang Saudara Rusia berakhir dengan terbentuknya
Uni Soviet.
[13]
Kekaisaran Jerman bubar melalui
Revolusi Jerman 1918–1919 dan sebuah pemerintahaan demokratis yang kemudian dikenal dengan nama
Republik Weimar dibentuk. Periode antarperang melibatkan kerusuhan antara pendukung republik baru ini dan penentang garis keras atas
sayap kanan maupun
kiri. Walaupun Italia selaku sekutu Entente berhasil merebut sejumlah wilayah, kaum nasionalis Italia marah mengetahui
janji-janji
Britania dan Perancis yang menjamin masuknya Italia ke kancah perang
tidak dipenuhi dengan penyelesaian damai. Sejak 1922 sampai 1925,
gerakan
Fasis pimpinan
Benito Mussolini
berkuasa di Italia dengan agenda nasionalis, totalitarian, dan
kolaborasionis kelas yang menghapus demokrasi perwakilan, penindasan
sosialis, kaum sayap kiri dan liberal, dan mengejar kebijakan luar
negeri agresif yang berusaha membawa Italia sebagai kekuatan dunia—"
Kekaisaran Romawi Baru".
[14]
Di Jerman,
Partai Nazi yang dipimpin
Adolf Hitler berupaya mendirikan pemerintahan fasis di Jerman. Setelah
Depresi Besar dimulai, dukungan dalam negeri untuk Nazi meningkat dan, pada tahun 1933, Hitler ditunjuk sebagai Kanselir Jerman. Setelah
kebakaran Reichstag, Hitler menciptakan negara satu partai totalitarian yang dipimpin Partai Nazi.
[15]
Parati
Kuomintang (KMT) di Tiongkok melancarkan
kampanye penyatuan
melawan panglima perang regional dan secara nominal berhasil menyatukan
Tiongkok pada pertengahan 1920-an, tetapi langsung terlibat dalam
perang saudara melawan bekas sekutunya yang
komunis.
[16] Pada tahun 1931,
Kekaisaran Jepang yang
semakin militaristik, yang sudah lama berusaha memengaruhi Tiongkok
[17] sebagai tahap pertama dari apa yang disebut pemerintahnya sebagai
hak untuk menguasai Asia, memakai
Insiden Mukden sebagai alasan
melancarkan invasi ke Manchuria dan mendirikan
negara boneka Manchukuo.
[18]
Terlalu lemah melawan Jepang, Tiongkok meminta bantuan
Liga Bangsa-Bangsa. Jepang menarik diri dari Liga Bangsa-Bangsa setelah
dikecam atas tindakannya terhadap Manchuria. Kedua negara ini kemudian bertempur di
Shanghai,
Rehe, dan
Hebei sampai
Gencatan Senjata Tanggu ditandatangani tahun 1933. Setelah itu, pasukan sukarelawan Tiongkok melanjutkan pemberontakan terhadap agresi Jepang di
Manchuria, dan
Chahar dan Suiyuan.
[19]
Adolf Hitler, setelah
upaya gagal menggulingkan pemerintah Jerman tahun 1923, menjadi
Kanselir Jerman pada tahun 1933. Ia menghapus demokrasi, menciptakan
revisi orde baru radikal dan rasis, dan segera memulai
kampanye persenjataan kembali.
[20] Sementara itu, Perancis, untuk melindungi aliansinya,
memberikan Italia kendali atas Ethiopia yang diinginkan Italia sebagai jajahan kolonialnya. Situasi ini memburuk pada awal 1935 ketika
Teritori Cekungan Saar
dengan sah bersatu kembali dengan Jerman dan Hitler menolak Perjanjian
Versailles, mempercepat program persenjataan kembalinya dan
memperkenalkan
wajib militer.
[21]
Berharap mencegah Jerman, Britania Raya, Perancis, dan Italia membentuk
Front Stresa. Uni Soviet, khawatir akan
keinginan Jerman mencaplok wilayah luas di Eropa Timur, membuat perjanjian bantuan bersama dengan Perancis. Sebelum diberlakukan,
pakta Perancis-Soviet ini perlu melewati birokrasi
Liga Bangsa-Bangsa, yang pada dasarnya menjadikannya tidak berguna.
[22][23] Akan tetapi, pada bulan Juni 1935, Britania Raya membuat
perjanjian laut independen
dengan Jerman, sehingga melonggarkkan batasan-batasan sebelumnya.
Amerika Serikat, setelah mempertimbangkan peristiwa yang terjadi di
Eropa dan Asia, mengesahkan
Undang-Undang Netralitas pada bulan Agustus.
[24]
Pada bulan Oktober, Italia menginvasi Ethiopia, dan Jerman adalah
satu-satunya negara besar Eropa yang mendukung tindakan tersebut. Italia
langsung menarik keberatannya terhadap tindakan Jerman menganeksasi
Austria.
[25]
Hitler menolak Perjanjian Versailles dan
Locarno dengan
meremiliterisasi Rhineland pada bulan Maret 1936. Ia mendapat sedikit tanggapan dari kekuatan-kekuatan Eropa lainnya.
[26] Ketika
Perang Saudara Spanyol pecah bulan Juli, Hitler dan Mussolini mendukung
pasukan Nasionalis yang fasis dan otoriter dalam perang saudara mereka melawan
Republik Spanyol yang didukung Soviet. Kedua pihak memakai konflik ini untuk menguji senjata dan metode peperangan baru,
[27] berakhir dengan kemenangan Nasionalis pada awal 1939. Bulan Oktober 1936, Jerman dan Italia membentuk
Poros Roma-Berlin. Sebulan kemudian, Jerman dan Jepang menandatangani
Pakta Anti-Komintern, namun kelak diikuti Italia pada tahun berikutnya. Di Tiongkok, setelah
Insiden Xi'an, pasukan Kuomintang dan komunis menyetujui gencatan senjata untuk membentuk
front bersatu dan sama-sama melawan Jepang.
[28]
Sebelum perang
Invasi Italia ke Ethiopia (1935)
Perang Italia-Abisinia Kedua adalah
perang kolonial singkat mulai bulan Oktober 1935 sampai Mei 1936. Perang ini terjadi antara angkatan bersenjata
Kerajaan Italia (
Regno d'Italia) dan angkatan bersenjata
Kekaisaran Ethiopia (juga disebut
Abisinia). Perang ini berakhir dengan
pendudukan militer di Ethiopia dan
aneksasinya ke koloni baru
Afrika Timur Italia (
Africa Orientale Italiana, atau AOI); selain itu, perang ini membuka kelemahan
Liga Bangsa-Bangsa
sebagai kekuatan pelindung perdamaian. Baik Italia dan Ethiopia adalah
negara anggota, tetapi Liga ini tidak berbuat apa-apa ketika negara
pertama jelas-jelas melanggar
Artikel X yang dibuat oleh Liga ini.
[29]
Perang Saudara Spanyol (1936-39)
Jerman dan Italia memberi dukungan kepada
para pemberontak Nasionalis yang dipimpin Jenderal
Francisco Franco di Spanyol. Uni Soviet mendukung pemerintah yang sudah berdiri,
Republik Spanyol, yang memiliki kecenderungan sayap kiri. Baik Jerman dan Uni Soviet memakai
perang proksi ini sebagai kesempatan menguji senjata dan taktik baru mereka.
Pengeboman Guernica yang disengaja oleh
Legiun Condor
Jerman pada April 1937 berkontribusi pada kekhawatiran bahwa perang
besar selanjutnya akan melibatkan serangan bom teror besar-besaran
terhadap warga sipil.
[30][31]
Invasi Jepang ke Tiongkok (1937)
Pada bulan Juli 1937, Jepang mencaplok bekas ibu kota kekaisaran Tiongkok Beijing setelah memulai
Insiden Jembatan Marco Polo, yang menjadi batu pijakan kampanye Jepang untuk menjajah seluruh wilayah Tiongkok.
[32] Uni Soviet segera menandatangani
pakta non-agresi dengan Tiongkok untuk memberi dukungan
material yang secara efektif mengakhiri
kerja sama Tiongkok dengan Jerman sebelumnya.
Generalissimo Chiang Kai-shek mengerahkan
pasukan terbaiknya untuk
mempertahankan Shanghai, tetapi setelah tiga bulan bertempur, Shanghai jatuh. Jepang terus menekan pasukan Tiongkok,
mencaplok ibu kota Nanking pada Desember 1937 dan melakukan
Pembantaian Nanking.
Pada bulan Juni 1938, pasukan Tiongkok menghentikan serbuan Jepang dengan
membanjiri Sungai Kuning; manuver ini memberikan waktu bagi Tiongkok untuk mempersiapkan pertahanan di
Wuhan, namun
kota ini berhasil direbut pada bulan Oktober.
[33]
Kemenangan militer Jepang gagal menghentikan pemberontakan Tiongkok
yang menjadi tujuan Jepang. Pemerintahan Tiongkok pindah ke pedalaman di
Chongqing dan melanjutkan perang.
[34]
Invasi Jepang ke Uni Soviet dan Mongolia (1938)
Pada tanggal 29 Juli 1938, Jepang menyerbu Uni Soviet dan kalah di
Pertempuran Danau Khasan.
Meski pertempuran tersebut dimenangkan Soviet, Jepang menyebutnya seri
dan buntu, dan pada tanggal 11 Mei 1939, Jepang memutuskan memindahkan
perbatasan Jepang-Mongolia sampai
Sungai Khalkhin Gol melalui pemaksaan. Setelah serangkaian keberhasilan awal, serangan Jepang di
Mongolia digagalkan oleh Pasukan Merah yang menandakan kekalahan besar pertama
Angkatan Darat Kwantung Jepang.
[35][36]
Pertempuran ini meyakinkan sejumlah faksi pemerintahan Jepang bahwa
mereka harus fokus berkonsiliasi dengan pemerintah Soviet demi
menghindari ikut campur Soviet dalam perang melawan Tiongkok dan
mengalihkan perhatian militer mereka ke selatan, yaitu ke jajahan
Amerika Serikat dan Eropa di Pasifik, serta mencegah penggulingan
pemimpin militer Soviet berpengalaman seperti
Georgy Zhukov, yang kelak memainkan peran penting dalam
mempertahankan Moskwa.
[37]
Pendudukan Eropa dan perjanjian
Di Eropa, Jerman dan Italia semakin keras. Pada bulan Maret 1938, Jerman
menganeksasi Austria, lagi-lagi mendapat
sedikit perhatian dari kekuatan-kekuatan Eropa lainnya.
[38] Semakin tertantang, Hitler mulai menegaskan klaim Jerman atas
Sudetenland, wilayah
Cekoslowakia yang didominasi oleh
etnis Jerman; dan Perancis dan Britania segera memberikan wilayah ini ke Jerman melalui
Perjanjian Munich, yang dibuat melawan keinginan pemerintah Cekoslowakia, dengan imbalan janji tidak meminta wilayah lagi.
[39] Sesaat setelah perjanjian ini, Jerman dan Italia memaksa Cekoslowakia
menyerahkan wilayah tambahan ke Hongaria dan Polandia.
[40] Pada bulan Maret 1939,
Jerman menyerbu sisa Cekoslowakia dan membelahnya menjadi
Protektorat Bohemia dan Moravia Jerman dan
negara klien pro-Jerman bernama
Republik Slovak.
[41]
Terkejut, ditambah Hitler menuntut
Danzig, Perancis dan Britania Raya
menjamin dukungan mereka terhadap kemerdekaan Polandia; ketika
Italia menguasai Albania pada bulan April 1939, jaminan yang sama diberikan untuk Rumania dan
Yunani.
[42] Tidak lama setelah janji
Perancis-Britania kepada Polandia, Jerman dan Italia meresmikan aliansi mereka sendiri melalui
Pakta Baja.
[43]
Bulan Agustus 1939, Jerman dan Uni Soviet menandatangani
Pakta Molotov–Ribbentrop,
[44]
sebuah perjanjian non-agresi dengan satu protokol rahasia. Setiap pihak
memberikan haknya satu sama lain, "andai terjadi penyusunan wilayah dan
politik," terhadap "cakupan pengaruh" (antara
Polandia dan
Lituania untuk Jerman, dan
Polandia timur, Finlandia,
Estonia, Latvia, dan
Bessarabia untuk
Uni Soviet). Pakta ini juga memunculkan pertanyaan tentang keberlangsungan kemerdekaan Polandia.
[45]
Alur perang
Pecah di Eropa (1939)
Pada tanggal 1 September 1939, Jerman dan
Slowakia—negara klien pada tahun 1939—
menyerang Polandia.
[46] Tanggal 3 September, Perancis dan Britania Raya, diikuti negara-negara
Persemakmuran,
[47] menyatakan perang terhadap Jerman, tetapi memberi
sedikit dukungan kepada Polandia ketimbang
serangan kecil Perancis ke Saarland.
[48] Britania dan Perancis juga mulai
memblokir perairan Jerman pada tanggal 3 September untuk melemahkan ekonomi dan upaya perang negara ini.
[49][50]
Tanggal 17 September, setelah menandatangani
gencatan senjata dengan Jepang,
Soviet juga menyerbu Polandia.
[51] Wilayah Polandia terbagi antara
Jerman dan
Uni Soviet, dengan
Lituania dan
Slowakia mendapat bagian kecil. Polandia tidak menyerah; mereka mendirikan
Negara Bawah Tanah Polandia dan
Pasukan Dalam Negeri bawah tanah, dan
terus berperang bersama Sekutu di semua front di luar Polandia.
[52]
Sekitar 100.000 personel militer Polandia
diungsikan ke Rumania dan negara-negara Baltik; sebagian besar tentara tersebut kemudian berperang melawan Jerman di teater perang yang lain.
[53] Pemecah kode Enigma Polandia juga diungsikan ke Perancis.
[54] Pada saat itu pula, Jepang melancarkan
serangan pertamanya ke Changsha, sebuah kota Tiongkok yang strategis, tetapi digagalkan pada akhir September.
[55]
Setelah invasi Polandia dan
perjanjian Jerman-Soviet atas Lituania, Uni Soviet memaksa
negara-negara Baltik mengizinkan mereka
menempatkan tentara Soviet di negara mereka atas alasan "bantuan bersama".
[56][57][58] Finlandia menolak permintaan wilayah dan diserang oleh Uni Soviet pada bulan November 1939.
[59] Konflik yang kemudian pecah berakhir pada bulan Maret 1940 dengan
konsesi oleh Finlandia.
[60]
Perancis dan Britania Raya, menyebut serangan Soviet ke Finlandia
sebagai alasan memasuki kancah perang di pihak Jerman, menanggapi invasi
Soviet dengan mendukung dikeluarkannya Uni Soviet dari Liga
Bangsa-Bangsa.
[58]
Di Eropa Barat, tentara Britania dikerahkan ke benua ini, namun pada fase yang dijuluki
Perang Phoney oleh Britania dan "Sitzkrieg" (
perang duduk) oleh Jerman tak satupun pihak yang melancarkan operasi besar-besaran terhadap satu sama lain sampai April 1940.
[61] Uni Soviet dan Jerman membuat
pakta dagang pada bulan Februari 1940,
yang berarti Soviet menerima bantuan militer dan industri dengan
imbalan menyediakan bahan mentah untuk Jerman agar bisa mengakali
pemblokiran oleh Sekutu.
[62]
Pada bulan April 1940,
Jerman menginvasi Denmark dan Norwegia untuk mengamankan pengiriman
bijih besi dari Swedia, yang
hendak dihadang oleh Sekutu.
[63] Denmark langsung menyerah, dan
meski dibantu Sekutu, Norwegia berhasil dikuasai dalam waktu dua bulan.
[64] Bulan Mei 1940,
Britania menyerbu Islandia untuk mencegah kemungkinan invasi Jerman ke pulau itu.
[65] Ketidakpuasan Britania atas kampanye Norwegia mendorong penggantian Perdana Menteri
Neville Chamberlain dengan
Winston Churchill pada tanggal 10 Mei 1940.
[66]
Serbuan Poros
Jerman
menyerbu Perancis,
Belgia,
Belanda, dan
Luksemburg pada tanggal 10 Mei 1940.
[67] Belanda dan
Belgia kewalahan menghadapi taktik
blitzkrieg dalam beberapa hari dan minggu.
[68] Jalur Maginot yang dipertahankan Perancis dan pasukan Sekutu di Belgia diakali dengan bergerak secara mengapit melintasi hutan lebat
Ardennes,
[69] yang disalahartikan oleh perencana perang Perancis sebagai penghalang alami bagi kendaraan lapis baja.
[70]
Tentara Britania terpaksa
keluar dari Eropa melalui Dunkirk, meninggalkan semua peralatan beratnya pada awal Juni.
[71] Tanggal 10 Juni,
Italia menyerbu Perancis, menyatakan perang terhadap Perancis dan Britania Raya;
[72] dua belas hari kemudian
Perancis menyerah dan langsung dibelah menjadi
zona pendudukan Jerman dan
Italia,
[73] dan sebuah
negara sisa yang tak diduduki di bawah
Rezim Vichy. Pada tanggal 3 Juli, Britania
menyerang armada Perancis di
Aljazair untuk mencegah perebutan oleh Jerman.
[74]
Bulan Juni, pada hari-hari terakhir Pertempuran Perancis, Uni Soviet
memaksa aneksasi Estonia, Latvia, dan Lituania,
[57] lalu menganeksasi wilayah
Bessarabia yang dipertentangkan Rumania. Sementara itu,
kesesuaian politik dan kerja sama ekonomi Nazi-Soviet
[75][76] perlahan buntu,
[77][78] dan kedua negara mulai bersiap untuk perang.
[79]
Dengan Perancis dinetralkan, Jerman memulai kampanye
superioritas udara atas Britania (
Pertempuran Britania) untuk mempersiapkan
sebuah invasi.
[80] Kampanye ini gagal, dan rencana invasi tersebut dibatalkan pada bulan September.
[80] Menggunakan pelabuhan-pelabuhan Perancis yang baru dicaplok, Angkatan Laut Jerman
menikmati kesuksesan melawan
Angkatan Laut Kerajaan dengan memakai
kapal-U untuk menyerang kapal-kapal Britania di
Atlantik.
[81] Italia memulai operasinya di Mediterania, memulai
pengepungan Malta bulan Juni,
menguasai Somaliland Britania bulan Agustus, dan
menerobos wilayah Mesir Britania bulan September 1940. Jepang meningkatkan pemblokirannya terhadap Tiongkok pada bulan September dengan
merebut sejumlah pangkalan di wilayah utara
Indochina Perancis yang saat ini terisolasi.
[82]
Sepanjang periode ini, Amerika Serikat yang netral melakukan sejumlah
hal untuk membantu Tiongkok dan Sekutu Baratnya. Pada bulan November
1939,
Undang-Undang Netralitas diamendemen untuk memungkinkan pembelian
"beli dan angkut" oleh Sekutu.
[83] Tahun 1940, setelah pencaplokan Paris oleh Jerman, ukuran
Angkatan Laut Amerika Serikat meningkat pesat dan, setelah serbuan Jepang ke Indochina, Amerika Serikat memberlakukan
embargo besi, baja, dan barang-barang mekanik terhadap Jepang.
[84] Pada bulan September, Amerika Serikat menyetujui
penukaran kapal penghancur AS dengan pangkalan Britania Raya.
[85]
Tetap saja, mayoritas rakyat Amerika Serikat menentang intervensi
militer langsung apapun terhadap konflik ini sampai tahun 1941.
[86]
Pada akhir September 1940,
Pakta Tiga Pihak menyatukan Jepang, Italia, dan Jerman untuk meresmikan
Kekuatan Poros.
Pakta Tiga Pihak ini menegaskan bahwa negara apapun, kecuali Uni
Soviet, yang tidak terlibat dalam perang yang menyerang Kekuatan Poros
apapun akan dipaksa berperang melawan ketiganya.
[87] Pada waktu itu, Amerika Serikat terus mendukung Britania Raya dan Tiongkok dengan memperkenalkan kebijakan
Lend-Lease yang mengizinkan pengiriman material dan barang-barang lain
[88] dan membuat zona keamanan yang membentang hingga separuh Samudra Atlantik agar
Angkatan Laut Amerika Serikat bisa melindungi konvoi Britania.
[89]
Akibatnya, Jerman dan Amerika Serikat terlibat dalam peperangan laut di
Atlantik Utara dan Tengah pada Oktober 1941, bahkan meski Amerika
Serikat secara resmi tetap netral.
[90][91]
Blok Poros meluas bulan November 1940 ketika
Hongaria, Slowakia, dan
Rumania bergabung dengan Pakta Tiga Pihak ini.
[92] Rumania akan memberi
kontribusi besar terhadap perang Poros melawan Uni Soviet, sebagian untuk merebut kembali
wilayah yang diserahkan kepada Soviet, sebagian lagi demi memenuhi keinginan pemimpinnya,
Ion Antonescu, untuk melawan komunisme.
[93] Pada bulan Oktober 1940,
Italia menyerbu Yunani, tetapi beberapa hari kemudian digagalkan dan dipukul sampai Albania yang berakhir dengan kebuntuan.
[94] Bulan Desember 1940, pasukan Persemakmuran Britania Raya memulai serangan balasan terhadap
pasukan Italia di Mesir dan
Afrika Timur Italia.
[95] Pada awal 1941, dengan pasukan Italia dipukul hingga Libya oleh Persemakmuran, Churchill memerintahkan
pengerahan tentara dari Afrika untuk membantu Yunani.
[96] Angkatan Laut Italia juga menderita kekalahan besar, dengan Angkatan Laut Kerajaan membuat tiga kapal perang Italia tidak berfungsi melalui
serangan kapal induk di Taranto, dan menetralisasi beberapa kapal perang lain pada
Pertempuran Tanjung Matapan.
[97]
Jerman segera turun tangan untuk membantu Italia. Hitler
mengirimkan pasukan Jerman ke Libya pada bulan Februari, dan pada akhir Maret mereka
melancarkan serangan terhadap pasukan Persemakmuran yang semakin sedikit.
[98] Dalam kurun sebulan, pasukan Persemakmuran dipukul mundur ke Mesir dengan pengecualian
pelabuhan Tobruk yang dikepung.
[99] Persemakmuran
berupaya mengusir pasukan Poros pada bulan Mei dan
lagi pada bulan Juni, tetapi keduanya gagal.
[100] Pada awal April, setelah penandatanganan Pakta Tiga Pihak oleh
Bulgaria, Jerman turun tangan di Balkan
dengan menyerbu Yunani dan
Yugoslavia setelah terjadi kudeta; di sini mereka membuat kemajuan besar, sehingga memaksa Sekutu pindah setelah Jerman
menguasai pulau Kreta, Yunani pada akhir Mei.
[101]
Sekutu sempat beberapa kali berhasil pada saat itu. Di Timur Tengah, pasukan Persemakmuran pertama
menggagalkan kudeta di Irak yang dibantu pesawat Jerman dari pangkalan-pangkalan di
Suriah Vichy,
[102] kemudian dengan bantuan
Perancis Merdeka,
menyerbu Suriah dan Lebanon untuk mencegah peristiwa seperti itu lagi.
[103] Di Atlantik, Britania berhasil menaikkan moral publik dengan
menenggelamkan kapal perang Jerman Bismarck.
[104] Mungkin yang terpenting adalah pada Pertempuran Britania,
Angkatan Udara Kerajaan berhasil bertahan dari serangan Luftwaffe dan kampanye pengeboman Jerman yang berakhir bulan Mei 1941.
[105]
Di Asia, meski sejumlah serangan dari kedua pihak, perang antara
Tiongkok dan Jepang buntu pada tahun 1940. Demi meningkatkan tekanan
terhadap Tiongkok dengan memblokir rute-rute suplai, dan untuk
memosisikan pasukan Jepang dengan tepat andai pecah perang dengan
negara-negara Barat, Jepang
merebut kendali militer di Indochina selatan[106] Pada Agustus 1940,
kaum komunis Tiongkok melancarkan
serangan di Tiongkok Tengah; sebagai balasan, Jepang menerapkan kebijakan keras (
Kebijakan Serba Tiga) di daerah-daerah pendudukan untuk mengurangi sumber daya manusia dan bahan mentah untuk pasukan komunis.
[107] Antipati yang terus berlanjut antara pasukan komunis dan nasionalis Tiongkok
memuncak pada pertempuran bersenjata pada bulan Januari 1941, secara efektif mengakhiri kerja sama mereka.
[108]
Dengan stabilnya situasi di Eropa dan Asia, Jerman, Jepang, dan Uni
Soviet mempersiapkan diri. Dengan kekhawatiran Soviet terhadap
meningkatnya ketegangan dengan Jerman dan rencana Jepang untuk
memanfaatkan Perang Eropa dengan merebut jajahan Eropa yang kaya sumber
daya alam di Asia Tenggara, kedua kekuatan ini menandatangani
Pakta Netralitas Soviet–Jepang pada bulan April 1941.
[109] Kebalikannya, Jerman bersiap-siap menyerang Uni Soviet dengan menempatkan pasukan dalam jumlah besar di perbatasan Soviet.
[110]
Perang global (1941)
Pada tanggal 22 Juni 1941, Jerman, bersama anggota Poros Eropa lainnya dan Finlandia, menyerbu Uni Soviet dalam
Operasi Barbarossa. Target utama serangan kejutan ini
[111] adalah
kawasan Baltik, Moskwa dan
Ukraina dengan
tujuan utama mengakhiri kampanye 1941 dekat
jalur Arkhangelsk-Astrakhan yang menghubungkan
Laut Kaspia dan
Laut Putih. Tujuan Hitler adalah menghancurkan Uni Soviet sebagai sebuah kekuatan militer, menghapus komunisme, menciptakan
Lebensraum ("ruang hidup")
[112] dengan
memiskinkan penduduk asli[113] dan menjamin akses ke sumber daya strategis yang diperlukan untuk mengalahkan musuh-musuh Jerman yang tersisa.
[114]
Meski
Angkatan Darat Merah mempersiapkan
serangan balasan strategis sebelum perang,
[115] Barbarossa memaksa
komando tertinggi Soviet mengadopsi
pertahanan strategis.
Sepanjang musim panas, Poros berhasil menerobos jauh ke dalam wilayah
Soviet, mengakibatkan kerugian besar dalam hal personel dan material.
Pada pertengahan Agustus,
Komando Tinggi Angkatan Darat Jerman memutuskan
menunda serangan oleh
Army Group Centre yang kecil dan mengalihkan
Satuan Panzer ke-2 untuk membantu tentara yang maju melintasi Ukraina tengah dan Leningrad.
[116] Serangan Kiev sukses besar dan berakhir dengan pengepungan dan penghancuran empat unit pasukan Soviet, serta memungkinkan
pergerakan lebih lanjut di Krimea dan Ukraina Timur yang industrinya maju (
Pertempuran Kharkov Pertama).Sayangnya, pembagian kekuatan ini membuat momentum serangan ke Moscow hilang, dan Sovyet memiliki waktu untuk memperkuat diri.
[117]
Pengalihan tiga per empat pasukan Poros dan sebagian besar angkatan udaranya dari Perancis dan Mediterania tengah ke
Front Timur[118] membuat Britania mempertimbangkan kembali
strategi besarnya.
[119] Pada bulan Juli, Britania Raya dan Uni Soviet membentuk
aliansi militer melawan Jerman[120] Britania dan Soviet
menyerbu Iran untuk melindungi
Koridor Persia dan
ladang minyak Iran.
[121] Bulan Agustus, Britania Raya dan Amerika Serikat bersama-sama meresmikan
Piagam Atlantik.
[122]
Pada bulan Oktober, ketika tujuan operasional Poros di Ukraina dan Baltik tercapai, dengan pengepungan
Leningrad[123] dan
Sevastopol yang masih berlanjut,
[124] sebuah
serangan besar ke Moskwa
dilancarkan kembali. Setelah dua bulan bertempur sengit, pasukan Jerman
hampir mencapai pinggiran terluar Moskwa, tempat tentara-tentaranya
yang lelah
[125] terpaksa menunda serangan mereka.
[126]
Pencaplokan teritorial besar dilakukan oleh pasukan Poros, tetapi
kampanye mereka gagal mencapai tujuan utamanya: dua kota utama masih
dikuasai Soviet,
kemampuan memberontak Soviet gagal dipadamkan, dan Uni Soviet mempertahankan banyak sekali potensi militernya.
Fase blitzkrieg perang di Eropa telah berakhir.
[127]
Animasi Teater Eropa PDII.
Pada awal Desember,
pasukan cadangan yang baru dimobilisasi
[128] memungkinkan Soviet menyamakan jumlah tentaranya dengan Poros.
[129] Hal ini, bersama
data intelijen yang menetapkan jumlah minimum tentara Soviet di Timur yang cukup untuk mencegah serangan apapun oleh
Angkatan Darat Kwantung Jepang,
[130] memungkinkan Soviet memulai
serangan balasan massal
yang dimulai tanggal 5 Desember di front sepanjang 1.000 kilometres
(620 mi) dan mendesak tentara Jerman mundur 100–250 kilometres
(62–155 mi) ke barat.
[131]
Keberhasilan Jerman di Eropa menggugah Jerman untuk meningkatkan
tekanannya terhadap pemerintah-pemerintah Eropa di Asia Tenggara.
Pemerintah Belanda setuju menyediakan minyak untuk Jepang dari
Hindia Timur Belanda, namun menolak menyerahkan kendali politik atas koloninya.
Perancis Vichy, sebaliknya, menyetujui pendudukan Jepang di
Indochina Perancis.
[132]
Pada bulan Juli 1941, Amerika Serikat, Britania Raya, dan pemerintah
Barat lainnya bereaksi terhadap pendudukan Indochina dengan membekukan
aset-aset Jepang, sementara Amerika Serikat (yang menyediakan 80 persen
minyak Jepang
[133]) merespon dengan menerapkan embargo minyak secara penuh.
[134]
Ini berarti Jepang terpaksa memilih antara mengabaikan ambisinya di
Asia dan perang melawan Tiongkok, atau merebut sumber daya alam yang
diperlukan melalui kekuatan; militer Jepang tidak menganggap yang
pertama sebagai pilihan, dan banyak pejabat menganggap embargo minyak
sebagai pernyataan perang tidak langsung.
[135]
Jepang berencana merebut koloni-koloni Eropa di Asia dengan cepat
untuk menciptakan perimeter defensif besar yang membentang hingga
Pasifik Tengah; Jepang kemudian bebas mengeksploitasi sumber daya di
Asia Tenggara sambil menyibukkan Sekutu dengan melancarkan perang
defensif.
[136] Untuk mencegah intervensi Amerika Serikat sambil mengamankan perimeter, Jepang berencana menetralisasi
Armada Pasifik Amerika Serikat dari kancah perang.
[137] Pada tanggal 7 Desember (8 Desember di Asia) 1941, Jepang menyerang aset-aset Britania dan Amerika Serikat dengan
serangan di Asia Tenggara dan Pasifik Tengah secara nyaris bersamaan.
[138] Peristiwa ini meliputi
serangan ke armada Amerika Serikat di Pearl Harbor,
pendaratan di Thailand dan Malaya[138] dan
pertempuran Hong Kong.
Kejatuhan Singapura pada Februari 1942 mengakibatkan 80.000 tentara Sekutu ditangkap dan diperbudak oleh Jepang.
Serangan-serangan ini mendorong Amerika Serikat,
Britania Raya,
Tiongkok, Australia, dan beberapa negara lain secara resmi menyatakan
perang terhadap Jepang, sementara Uni Soviet, karena sedang terlibat
dalam perang besar-besaran dengan blok Poros Eropa, memilih untuk tetap
netral dengan Jepang.
[139][140] Jerman dan negara-negara Poros menanggapi dengan menyatakan perang terhadap Amerika Serikat. Pada bulan Januari,
Empat Besar (Amerika Serikat, Britania Raya, Uni Soviet, Tiongkok)
[141] , dan 22 pemerintahan kecil atau terasingkan mengeluarkan
Deklarasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, sehingga memperkuat
Piagam Atlantik,
[142]
dan melakukan kewajiban untuk tidak menandatangani perjanjian damai
terpisah dengan negara-negara Poros. Sejak 1941, Stalin terus meminta
Churchill, dan kemudian Roosevelt, untuk membuka 'front kedua' di
Perancis.
[143]
Front Timur menjadi teater perang besar di Eropa dan jumlah korban
Soviet yang berjumlah jutaan menciutkan jumlah korban Sekutu Barat yang
hanya ratusan ribu orang; Churchill dan Roosevelt mengatakan mereka
butuh lebih banyak waktu untuk persiapan, sehingga memunculkan klaim
bahwa mereka sengaja buntu untuk menyelamatkan orang-orang Barat dengan
mengorbankan orang-orang Soviet.
[144]
Sementara itu, pada akhir April 1942, Jepang dan sekutunya Thailand hampir menguasai seluruh
Burma,
Malaya,
Hindia Timur Belanda,
Singapura,
[145] dan
Rabaul, sehingga menambah kerugian bagi tentara Sekutu dan banyak di antara mereka yang ditawan. Meski memberontak habis-habisan di
Corregidor,
Filipina akhirnya ditaklukkan pada bulan Mei 1942 dan memaksa pemerintah
Persemakmuran Filipina mengasingkan diri.
[146] Pasukan Jepang juga memenangkan pertempuran laut di
Laut Tiongkok Selatan,
Laut Jawa, dan
Samudra Hindia,
[147] dan
mengebom pangkalan laut Sekutu di
Darwin, Australia. Satu-satunya kesuksesan sejati Sekutu melawan Jepang adalah
kemenangan Tiongkok di Changsha pada awal Januari 1942.
[148] Kemenangan-kemenangan mudah atas lawan yang tidak punya persiapan ini membuat Jepang terlalu percaya diri dan berlebihan.
[149]
Jerman juga mewujudkan inisiatifnya. Dengan mengeksploitasi keputusan komando laut Amerika Serikat yang ragu-ragu,
Angkatan Laut Jerman mengacaukan jalur kapal Sekutu di lepas pesisir Atlantik Amerika Serikat.
[150]
Meski kalah besar, anggota Poros Eropa menghentikan serbuan Soviet di
Rusia Tengah dan Selatan, sehingga melindungi sebagian besar jajahan
yang mereka peroleh pada tahun sebelumnya.
[151] Di Afrika Utara, Jerman melancarkan sebuah serangan pada bulan Januari yang memukul Britania kembali ke posisinya di
Garis Gazala pada awal Februari,
[152] diikuti oleh meredanya pertempuran untuk sementara yang dimanfaatkan Jerman untuk mempersiapkan serangan mereka selanjutnya.
[153]
Kebuntuan serbuan Poros (1942)
Pada awal Mei 1942, Jepang memulai operasi untuk
menduduki Port Moresby dengan
serangan amfibi
dan memutuskan komunikasi dan jalur suplai antara Amerika Serikat dan
Australia. Akan tetapi, Sekutu berhasil mencegah invasi ini dengan
mencegat dan mengalahkan pasukan laut Jepang pada
Pertempuran Laut Koral.
[154] Rencana Jepang selanjutnya, termotivasi oleh
Serangan Doolittle sebelumnya, adalah merebut
Atol Midway
dan memancing kapal induk Amerika Serikat ke kancah perang untuk
dihancurkan; sebagai aksi pengalihan, Jepang juga mengirimkan pasukan
untuk
menduduki Kepulauan Aleut di Alaska.
[155] Pada awal Juni, Jepang melaksanakan operasinya, tetapi Amerika Serikat, setelah berhasil memecahkan
kode laut Jepang pada akhir Mei, mengetahui semua rencana dan pemindahan pasukan mereka dan memakai pengetahuan ini untuk
memperoleh kemenangan telak di Midway atas
Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.
[156]
Dengan kapasitasnya untuk bertindak secara agresif hilang akibat Pertempuran Midway, Jepang memilih fokus pada upaya menduduki
Port Moresby melalui
kampanye darat di
Teritori Papua.
[157] AMerika Serikat merencanakan serangan balasan terhadap posisi Jepang di selatan
Kepulauan Solomon, terutama
Guadalcanal, sebagai tahap pertama menduduki
Rabaul, pangkalan utama Jepang di Asia Tenggara.
[158]
Kedua rencana ini dimulai bulan Juli, namun pada pertengahan September,
Pertempuran Guadalcanal dimenangkan Jepang, dan tentara-tentara di Nugini diperintahkan mundur dari Port Moresby ke
bagian utara pulau, tempat mereka menghadapi tentara Australia dan Amerika Serikat dalam
Pertempuran Buna-Gona.
[159]
Guadalcanal segera menjadi titik fokus bagi kedua pihak dengan komitmen
besar tentara dan kapal dalam pertempuran Guadalcanal. Pada awal 1943,
Jepang dikalahkan di pulau ini dan
menarik tentara mereka.
[160] Di Burma, pasukan Persemakmuran melancarkan dua operasi. Pertama,
ofensif ke wilayah Arakan pada akhir 1942 gagal dan memaksa pasukan mundur ke India bulan Mei 1943.
[161] Kedua,
penyisipan pasukan ireguler ke belakang garis depan Jepang bulan Februari yang, pada akhir April, memperoleh hasil yang diragukan.
[162]
Di
front timur Jerman, pasukan Poros mematahkan serangan Soviet di
Semenanjung Kerch dan
Kharkov,
[163] dan kemudian melancarkan
serangan musim panas utamanya terhadap Rusia Selatan pada bulan Juni 1942 untuk menguasai ladang minyak di Kaukasus dan menduduki
stepa Kuban, sementara mempertahankan posisi di wilayah front sebelah utara dan tengah. Jerman membagi
Grup Angkatan Darat Selatan menjadi dua grup:
Grup Angkatan Darat A bergerak ke
Sungai Don, sementara
Grup Angkatan Darat B bergerak ke sebelah tenggara Kaukasus menuju
Sungai Volga.
[164] Soviet memutuskan bertahan di Stalingrad yang berada di jalur pergerakan pasukan Jerman.
Pada pertengahan November, Jerman
hampir berhasil menduduki Stalingrad dalam
pertempuran jalanan saat Soviet memulai serangan balasan musim dingin keduanya, dimulai dengan
mengepung pasukan Jerman di Stalingrad[165] dan serangan ke
unggulan Rzhev dekat Moskwa, meski upaya terakhir gagal besar.
[166] Pada awal Februari 1943, Angkatan Darat Jerman menderita kekalahan besar; tentara Jerman di Stalingrad dipaksa menyerah
[167]
dan garis depan dimundurkan hingga posisinya sebelum serangan musim
panas. Pada pertengahan Februari, setelah desakan Soviet meruncing,
Jerman melancarkan
serangan lain ke Kharkov dan membentuk
unggulan baru di garis depan mereka di sekitar kota
Kursk, Rusia.
[168]
Pada bulan November 1941, pasukan Persemakmudan mengadakan serangan balasan,
Operasi Crusader, di Afrika Utara dan mengklaim kembali semua wilayah yang direbut Jerman dan Italia.
[169] Di Barat, kekhawatiran bahwa Jepang mungkin memakai pangkalan di
Madagaskar Vichy mendorong Britania
menyerbu pulau ini pada awal Mei 1942.
[170] Kesuksesan ini tidak bertahan lama setelah Poros berhasil memukul Sekutu kembali ke Mesir dalam
serangan di Libya sampai pasukan Poros
dihentikan di El Alamein.
[171] Di Eropa, serangan
komando Sekutu terhadap target-target strategis, berakhir dengan
Serangan Dieppe yang menghancurkan,
[172]
menunjukkan ketidakmampuan Sekutu Barat untuk melancarkan invasi ke
daratan Eropa tanpa persiapan, perlengkapan, dan keamanan operasional
yang lebih baik.
[173]
Pada bulan Agustus 1942, Sekutu sukses mematahkan
serangan kedua terhadap El Alamein[174] dan, dengan banyak korban, berupaya
mengirimkan suplai ke Malta yang sedang dikepung.
[175] Beberapa bulan kemudian, Sekutu
melancarkan serangan di Mesir, memecah pasukan Poros dan mendorong mereka ke barat melintasi Libya.
[176] Serangan ini tidak lama kemudian dilanjutkan dengan
invasi Inggris-Amerika Serikat ke Afrika Utara Perancis, yang berakhir dengan bergabungnya wilayah ini dengan Sekutu.
[177] Hitler menanggapi pendudukan koloni Perancis ini dengan memerintahkan
pendudukan Perancis Vichy;
[177] meski pasukan Vichy sendiri tidak melawan pelanggaran gencatan senjata ini, mereka berusaha
menenggelamkan armadanya sendiri agar tidak direbut pasukan Jerman.
[178] Pasukan Poros yang sekarang kewalahan di Afrika mundur hingga
Tunisia, yang kemudian
dikuasai Sekutu pada bulan 1943.
[179]
Sekutu menguasai medan (1943)
Setelah Kampanye Guadalcanal, Sekutu memulai sejumlah operasi melawan
Jepang di Pasifik. Pada bulan Mei 1943, pasukan Sekutu dikirim untuk
mengusir pasukan Jepang dari Kepulauan Aleut,
[180] dan segera memulai operasi besar untul
mengisolasi Rabaul dengan menduduki pulau-pulau sekitarnya, dan
menembus perimeter Pasifik Tengah Jepang di Kepulauan Gilbert dan Marshall.
[181] Pada akhir Maret 1944, Sekutu menyelesaikan kedua misi ini, dan selain itu
menetralisasi pangkalan Jepang di Truk di
Kepulauan Caroline. Bulan April, Sekutu melancarkan operasi
mencaplok kembali Nugini Barat.
[182]
Di Uni Soviet, baik Jerman dan Soviet menghabiskan musim semi dan
awal musim panas 1943 dengan bersiap-siap untuk serangan besar di Rusia
Tengah. Tanggal 4 Juli 1943, Jerman
menyerang pasukan Soviet di sekitar Kursk Bulge. Dalam satu minggu, pasukan Jerman lelah menghadapi pertahanan Soviet yang sangat teratur
[183][184]
dan, untuk pertama kalinya dalam perang ini, Hitler membatalkan sebuah
operasi sebelum memperoleh kesuksesan taktis atau operasional.
[185] Keputusan ini sebagian dipengaruhi oleh
invasi Sisilia
oleh Sekutu Barat pada 9 Juli yang, bersama kegagalan-kegagalan Italia
sebelumnya, berujung pada penggulingan dan penahanan Mussolini pada
akhir bulan itu.
[186]
Tanggal 12 Juli 1943, Soviet melancarkan
serangan balasannya
sendiri, sehingga memupuskan harapan apapun bagi Angkatan Darat Jerman
untuk memenangkan pertempuran atau buntu di timur. Kemenangan Soviet di
Kursk menandai kejatuhan superioritas Jerman
[187] dan memberi Uni Soviet inisiatif di Front Timur.
[188][189] Jerman berusaha menstabilkan front timur mereka di sepanjang
garis Panther-Wotan yang sangat dipertahankan, namun Soviet berhasil mendobraknya di
Smolensk dan
Serangan Dnieper Hilir.
[190]
Pada awal September 1943, Sekutu Barat
menyerbu daratan Italia, diikuti
gencatan senjata Italia dengan Sekutu.
[191] Jerman menanggapinya dengan melumpuhkan pasukan Italia, mengambil alih kendali militer di wilayah Italia,
[192] dan membuat serangkaian garis pertahanan.
[193] Pasukan khusus Jerman kemudian
menyelamatkan Mussolini, yang kemudian mendirikan negara klien baru di Italia dudukan Jerman bernama
Republik Sosial Italia.
[194] Sekutu Barat berperang melintasi beberapa garis hingga
garis pertahanan utama Jerman pada pertengahan November.
[195]
Operasi Jerman di Atlantik juga terganggu. Pada
Mei 1943, dengan efektifnya serangan balasan Sekutu, kerugian kapal selam Jerman yang besar memaksa kampanye laut Atlantik Jerman ditunda.
[196] Pada bulan November 1943,
Franklin D. Roosevelt dan Winston Churchill bertemu dengan
Chiang Kai-shek di Kairo[197] dan Joseph Stalin
di Teheran.
[198] Konferensi pertama menentukan pengembalian teritori Jepang pascaperang,
[197]
sementara yang terakhir menghasilkan perjanjian bahwa Sekutu Barat akan
menyerbu Eropa pada tahun 1944 dan Uni Soviet akan menyatakan perang
terhadap Jepang dalam tiga bulan setelah kekalahan Jerman.
[198]
Sejak November 1943, selama tujuh minggu di
Pertempuran Changde, Tiongkok memaksa Jepang memasuki perang atrisi yang merugikan sambil menunggu bantuan Sekutu.
[199][200] Bulan Januari 1944, Sekutu melancarkan
serangkaian serangan di Italia terhadap garis di Monte Cassino dan berupaya menembusnya dengan
mendarat di Anzio.
[201] Pada akhir Januari, serangan besar
Soviet mengusir pasukan Jerman dari
wilayah Leningrad,
[202] dan mengakhiri
pengepungan paling mematikan dan terlama sepanjang sejarah.
Serangan Soviet selanjutnya terhalang di perbatasan Estonia sebelum perang oleh
Grup Angkatan Darat Utara Jerman yang dibantu penduduk
Estonia yang berharap
menetapkan kembali kemerdekaan nasional mereka. Penundaan ini memperlambat operasi Soviet selanjutnya di kawasan
Laut Baltik.
[203] Pada akhir Mei 1944, Soviet berhasil
membebaskan Krimea, mengusir pasukan Poros besar-besaran dari Ukraina, dan melakukan
terobosan ke teritori Rumania, yang dipukul balik oleh pasukan Poros.
[204] Serangan Sekutu di Italia berhasil dan, dengan mengizinkan sejumlah divisi Jerman mundur, pada tanggal 4 Juni Roma ditaklukkan.
[205]
Sekutu mengalami berbagai keberhasilan di daratan Asia. Bulan Maret 1944,Jepang melancarkan invasi pertama dari dua rencananya,
operasi melawan posisi Britania di Assam, India,
[206] dan kemudian mengepung posisi Persemakmuran di
Imphal dan
Kohima.
[207] Bulan Mei 1944, pasukan Britania melakukan serangan balasan yang mendorong tentara Jepang kembali ke Burma,
[207] dan pasukan Tiongkok yang menyerbu Burma utara pada akhir 1943 mengepung tentara Jepang di
Myitkyina.
[208] Invasi Jepang kedua
berupaya menghancurkan pasukan tempur utama Tiongkok, melindungi jalur
kereta api di antara teritori dudukan Jepang dan menduduki lapangan
udara Sekutu.
[209] Bulan Juni, Jepang telah menguasai provinsi
Henan dan memulai
serangan baru terhadap Changsha di provinsi
Hunan.
[210]
Sekutu mendekat (1944)
Personil dan perlengkapan Pasukan Merah melintasi sungai saat musim panas utara 1944
Pada tanggal 6 Juni 1944 (dikenal sebagai
D-Day), setelah tiga tahun ditekan Soviet,
[144] Sekutu Barat
menyerbu Perancis Utara. Setelah menyusun kembali beberapa divisi Sekutu dari Italia, mereka juga menyerang
Perancis Selatan.
[211] Semua pendaratan ini berhasil dan berakhir dengan kekalahan
unit Angkatan Darat Jerman di Perancis. Paris
dibebaskan oleh
pemberontak lokal yang dibantu
Pasukan Perancis Merdeka pada tanggal 25 Agustus
[212] dan Sekutu Barat terus
memukul pasukan Jerman di Eropa Timur sepanjang paruh terakhir tahun ini. Sebuah upaya bergerak maju melintasi Jerman Utara yang diawali dengan
operasi udara besar-besaran di Belanda tidak berhasil.
[213] Setelah itu, Sekutu Barat pelan-pelan masuk wilayah Jerman, namun gagal
menyeberangi Sungai Rur dalam serangan besar. Di Italia, serbuan Sekutu juga terhambat saat mereka melintasi
garis pertahanan besar Jerman terakhir.
Pada tanggal 22 Juni, Soviet mengadakan serangan strategis di Belarus ("
Operasi Bagration") yang berakhir dengan nyaris kehancuran total
Pusat Grup Angkatan Darat Jerman.
[214] Tidak lama selepas itu,
serangan strategis Soviet lainnya mengusir tentara Jerman dari Ukraina Barat dan Polandia Timur. Pergerakan Soviet sukses memaksa
pasukan pemberontak di Polandia memulai sejumlah pemberontakan, meski yang terbesar di
Warsawa, serta
Pemberontakan Slowakia di selatan, tidak dibantu Soviet dan dipadamkan oleh pasukan Jerman.
[215] Serangan strategis Pasukan Merah di Rumania timur memecah belah dan menghancurkan
pasukan Jerman di sana sekaligus berhasil
menggulingkan pemerintahan di Rumania dan
Bulgaria, diikuti dengan memihaknya negara-negara tersebut ke Sekutu.
[216]
Pada bulan September 1944, tentara
Angkatan Darat Merah Soviet melaju hingga
Yugoslavia dan memaksa penarikan cepat Grup Angkatan Darat Jerman
E dan
F di
Yunani,
Albania, dan
Yugoslavia untuk menyelamatkan mereka dari kehancuran.
[217] Pada saat ini,
Partisan Komunis pimpinan Marsekal
Josip Broz Tito, yang memulai
kampanye gerilya sukses
melawan pendudukan sejak 1941, menguasai sebagian besar teritori
Yugoslavia dan terlibat dalam menunda serangan terhadap pasukan Jerman
di selatan. Di
Serbia utara,
Pasukan Merah, dengan bantuan terbatas dari
pasukan Bulgaria, membantu Partisan dalam
pembebasan bersama ibu kota Belgrade tanggal 20 Oktober. Beberapa hari kemudian, Soviet melancarkan
serangan massal terhadap
Hongaria dudukan Jerman yang berlangsung sampai
jatuhnya Budapest pada bulan Februari 1945.
[218] Kebalikan dengan kemenangan impresif Soviet di Balkan,
pemberontakan Finlandia terhadap
serangan Soviet di
Tanah Genting Karelia menggagalkan pendudukan Soviet di Finlandia dan berakhir dengan penandatanganan
gencatan senjata Soviet-Finlandia pada kondisi relatif kondusif,
[219][220] disertai
memihaknya Finlandia ke Sekutu.
Pada awal Juli, pasukan Persemakmuran di Asia Tenggara menggagalkan
pengepungan Jepang di Assam, memukul pasukannya kembali hingga
Sungai Chindwin[221]
sementara Tiongkok mencaplok Myitkyina. Di Tiongkok, Jepang menuai
kesuksesan besar, berhasil mencaplok Changsha pada pertengahan Juni dan
kota
Hengyang pada awal Agustus.
[222] Selepas itu, mereka menyerbu provinsi Guangxi, memenangkan pertempuran besar melawan pasukan Tiongkok di
Guilin dan Liuzhou pada akhir November
[223] dan berhasil menyatukan pasukan mereka di Tiongkok dan Indochina pada pertengahan Desember.
[224]
Di Pasifik, pasukan Amerika Serikat terus menekan mundur perimeter Jepang. Pada pertengahan Juni 1944, mereka memulai
serangan ke Kepulauan Mariana dan Palau, dan dengan telak mengalahkan pasukan Jepang pada
Pertempuran Laut Filipina. Kekalahan-kekalahan ini memaksa Perdana Menteri Jepang
Tōjō
mengundurkan diri dan memberi Amerika Serikat keunggulan atas pangkalan
udara baru untuk melancarkan serangan bom besar-besaran di kepulauan
utama Jepang. Pada akhir Oktober, pasukan Amerika Serikat
menyerbu pulau Leyte, Filipina; tidak lama kemudian, angkatan laut Sekutu mencetak kemenangan besar pada
Pertempuran Teluk Leyte, salah satu pertempuran laut terbesar sepanjang sejarah.
[225]
Poros runtuh, Sekutu menang (1945)
Tanggal 16 Desember 1944, Jerman mengupayakan kesuksesan terakhirnya
di Front Barat dengan mengerahkan sisa-sisa pasukan cadangannya untuk
melancarkan
serangan balasan massal di Ardennes
untuk memecah belah Sekutu Barat, mengepung sebagian besar tentara
Sekutu Barat dan menaklukkan pelabuhan suplai utama mereka di
Antwerp demi mencapai penyelesaian politik.
[226] Pada Januari, serangan ini digagalkan tanpa satu tujuan strategis pun yang tercapai.
[226] Di italia, Sekutu Barat tetap buntu di garis pertahanan Jerman. Pada pertengahan Januari 1945, Soviet menyerbu Polandia,
bergerak dari Sungai Vistula ke Sungai Oder di Jerman, dan
menduduki Prusia Timur.
[227] Tanggal 4 Februari, para pemimpin A.S., Britania Raya, dan Soviet bertemu di
Konferensi Yalta. Mereka menyetujui pendudukan di Jerman pascaperang,
[228] dan Uni Soviet bergabung dalam perang melawan Jepang.
[229]
Pada bulan Februari, Soviet
menginvasi Silesia dan
Pomerania, sementara
Sekutu Barat memasuki Jerman Barat dan mendekati Sungai
Rhine. Bulan Maret, Sekutu Barat melintasi Rhine di
utara dan
selatan Ruhr,
mengepung Grup Agkatan Darat Jerman B,
[230] sementara Soviet melaju ke
Wina. Pada awal April, Sekutu Barat akhirnya
berhasil membuat kemajuan di Italia dan bergerak melintasi Jerman Barat, sementara pasukan Soviet menyerbu Berlin pada akhir April;
kedua pasukan bertemu di sungai Elbe tanggal 25 April. Tanggal 30 April 1945,
Reichstag diduduki dan menandakan kekalahan militer Reich Ketiga.
[231]
Sejumlah perubahan kepemimpinan terjadi pada masa ini. Tanggal 12
April, Presiden A.S. Roosevelt meninggal dunia dan digantikan oleh
Harry Truman. Benito Mussolini dibunuh oleh
partisan Italia tanggal 28 April.
[232] Dua hari kemudian,
Hitler bunuh diri dan digantikan oleh
Laksamana Agung Karl Dönitz.
[233]
Pasukan Jerman menyerah di Italia pada tanggal 29 April.
Instrumen Penyerahan Diri Jerman ditandatangani
tanggal 7 Mei di
Reims,
[234] dan diratifikasi
tanggal 8 Mei di Berlin.
[235] Pusat Grup Angkatan Darat Jerman
bertahan di Praha sampai 11 Mei.
[236]
Di teater Pasifik, pasukan Amerika Serikat dibantu
Persemakmuran Filipina bergerak maju di
Filipina,
membebaskan Leyte pada akhir April 1945. Mereka
mendarat di Luzon bulan Januari 1945 dan
mencaplok Manila bulan Maret setelah pertempuran yang menghancurkan kota ini. Pertempuran berlanjut di Luzon,
Mindanao dan pulau-pulau lain di Filipina sampai
berakhirnya perang.
[237]
Bulan Mei 1945, tentara Australia
mendarat di Kalimantan
dan menduduki ladang minyak di sana. Pasukan Britania, Amerika Serikat,
dan Tiongkok mengalahkan Jepang di Burma utara pada bulan Maret, dan
Britania mencapai
Rangoon pada tanggal 3 Mei.
[238] Pasukan Tiongkok mulai balas menyerang pada
Pertempuran Hunan Barat yang pecah antara 6 April dan 7 Juni 1945. Pasukan Amerika Serikat juga bergerak ke Jepang, mencaplok
Iwo Jima pada bulan Maret, dan
Okinawa pada akhir Juni.
[239] Pesawat pengebom Amerika Serikat
menghancurkan kota-kota Jepang dan kapal selam Amerika Serikat
memutuskan impor Jepang.
[240]
Tanggal 11 Juli, para pemimpin Sekutu
bertemu di Potsdam, Jerman. Mereka
menyetujui perjanjian awal tentang Jerman,
[241]
dan menegaskan tuntutan penyerahan diri semua pasukan Jepang oleh
Jepang, dengan menyatakan bahwa "alternatif bagi Jepang adalah
kehancuran dalam waktu singkat".
[242] Dalam konferensi ini,
Britania Raya mengadakan pemilu dan
Clement Attlee menggantikan Churchill sebagai Perdana Menteri.
[243]
Saat Jepang terus mengabaikan persyaratan Potsdam, Amerika Serikat
menjatuhkan bom atom di kota
Hiroshima dan
Nagasaki, Jepang, pada awal Agustus. Di antara kedua pengeboman ini, Soviet, sesuai perjanjian Yalta,
menyerbu Manchuria dudukan Jepang dan dengan cepat mengalahkan
Angkatan Darat Kwantung yang saat itu merupakan pasukan tempur Jepang terbesar.
[244][245] Pasukan Merah juga menduduki Pulau
Sakhalin dan
Kepulauan Kuril. Pada tanggal 15 Agustus 1945,
Jepang menyerah dengan penandatanganan
dokumen penyerahan diri di atas geladak kapal perang Amerika Serikat
USS Missouri pada tanggal 2 September 1945, sehingga mengakhiri perang ini.
[234]
-
-
Jalanan pusat kota Berlin yang hancur pasca-
Pertempuran Berlin, diambil tanggal 3 Juli 1945.
-
Dampak
Sekutu mendirikan pemerintahan pendudukan di
Austria dan
Jerman.
Negara pertama menjadi negara netral dan tidak memihak dengan blok
politik manapun. Negara terakhir dibelah menjadi zona pendudukan barat
dan timur yang dikuasai Sekutu Barat dan Uni Soviet. Program
denazifikasi di Jerman melibatkan
pengadilan penjahat perang Nazi
dan penggulingan mantan Nazi dari kekuasaan, meski kebijakan ini lebih
condong ke amnesti dan reintegrasi mantan Nazi ke masyarakat Jerman
Barat.
[246]
Jerman kehilangan seperempat wilayahnya sebelum perang (1937), wilayah timur:
Silesia,
Neumark dan sebagian besar
Pomerania diambil alih Polandia;
Prusia Timur dibagi antara Polandia dan Uni Soviet, diikuti dengan
pengusiran 9 juta warga Jerman dari provinsi-provinsi tersebut, serta 3 juta warga Jerman dari
Sudetenland
di Cekoslowakia ke Jerman. Pada 1950-an, satu dari lima orang Jerman
Barat adalah pengungsi dari timur. Uni Soviet juga menduduki provinsi
milik Polandia di sebelah timur
Garis Curzon (melibatkan pengusiran 2 juta warga Polandia),
[247] Rumania Timur,
[248][249] dan sebagian Finlandia timur,
[250] serta tiga
negara Baltik.
[251][252]
Demi mempertahankan perdamaian,
[253] Sekutu mendirikan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang resmi berdiri tanggal 24 Oktober 1945,
[254] dan mengadopsi
Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia tahun 1948 sebagai standar umum bagi semua negara anggotanya.
[255]
Kekuatan-kekuatan besar yang menjadi pemenang perang—Amerika Serikat,
Uni Soviet, Tiongkok, Britania Raya, dan Perancis—menjadi anggota tetap
Dewan Keamanan PBB.
[3] Kelima anggota tetap ini masih ada sampai sekarang, meski terjadi perubahan dua kursi,
antara Republik Tiongkok dan Republik Rakyat Tiongkok tahun 1971, dan antara Uni Soviet dan negara penggantinya, Federasi Rusia, setelah
pembubaran Uni Soviet. Aliansi antara Sekutu Barat dan Uni Soviet mulai memburuk, bahkan sejak sebelum perang berakhir.
[256]
Jerman dibagi secara
de facto, dan dua negara merdeka,
Republik Federal Jerman dan
Republik Demokratik Jerman[257] dibentuk di dalam perbatasan zona pendudukan Sekutu dan Soviet. Seluruh Eropa terbagi antara
cakupan pengaruh Barat dan Soviet.
[258]
Kebanyakan negara Eropa timur dan tengah masuk dalam cakupan Soviet
yang melibatkan pendirian rezim-rezim Komunis dengan dukungan penuh atau
setengah dari otoritas pendudukan Soviet. Akibatnya,
Polandia,
Hongaria,
[259] Cekoslowakia,
[260] Rumania,
Albania,
[261] dan
Jerman Timur menjadi
negara satelit Soviet.
Yugoslavia Komunis melaksanakan kebijakan merdeka penuh yang menciptakan ketegangan dengan Uni Soviet.
[262]
Pembagian dunia pascaperang diresmikan oleh dua aliansi militer internasional,
NATO pimpinan Amerika Serikat dan
Pakta Warsawa pimpinan Soviet;
[263] periode panjang ketegangan politik dan persaingan militer di antara mereka,
Perang Dingin, akan dilengkapi oleh perlombaan senjata dan perang proksi yang tidak terduga.
[264]
Di Asia, Amerika Serikat memimpin
pendudukan Jepang dan
menguasai bekas pulau-pulau Jepang di Pasifik Barat, sementara Soviet menganeksasi
Sakhalin dan
Kepulauan Kuril.
[265] Korea, sebelumnya
di bawah kekuasaan Jepang,
dibagi dan diduduki oleh
Amerika Serikat di Selatan dan Uni Soviet di Utara antara 1945 dan
1948. Republik terpisah muncul di kedua sisi garis paralel ke-38 pada
tahun 1948, masing-masing mengklaim sebagai pemerintahan sah untuk
seluruh Korea dan berujung pada pecahnya
Perang Korea.
[266]
Di Tiongkok, pasukan nasionalis dan komunis
melanjutkan perang saudara
pada bulan Juni 1946. Pasukan komunis menang dan mendirikan Republik
Rakyat Tiongkok di daratan, sementara pasukan nasionalis mundur ke
Taiwan tahun 1949.
[267] Di Timur Tengah, penolakan Arab terhadap
Rencana Pembagian Palestina Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
pembentukan Israel menandai eskalasi
konflik Arab-Israel. Saat kekuatan-kekuatan kolonial Eropa berupaya merebut kembali sebagian atau semua
imperium kolonialnya, kehilangan prestise dan sumber daya saat perang justru menggagalkan upaya ini dan mendorong dilakukannya
dekolonisasi.
[268][269]
Ekonomi global menderita akibat perang, meski negara-negara yang
terlibat terpengaruh dengan berbagai cara. Amerika Serikat tampil lebih
kaya daripada negara lain; negara ini mengalami
ledakan bayi
dan pada tahun 1950 produk domestik bruto per orangnya lebih tinggi
daripada negara-negara besar lain dan Amerika Serikat mendominasi
ekonomi dunia.
[270][271] Britania Raya dan Amerika Serikat menerapkan kebijakan
pelucutan industri di Jerman Barat pada tahun 1945–1948.
[272]
Akibat perdagangan internasional yang saling tergantung, hal ini
menciptakan stagnasi ekonomi di Eropa dan menunda pemulihan Eropa selama
beberapa tahun.
[273][274]
Pemulihan dimulai dengan
reformasi mata uang di Jerman Barat pada pertengahan 1948 dan dipercepat oleh liberalisasi kebijakan ekonomi Eropa yang dipengaruhi
Rencana Marshall (1948–1951) baik secara langsung maupun tidak langsung.
[275][276] Pemulihan Jerman Barat pasca-1948 disebut-sebut sebagai
keajaiban ekonomi Jerman.
[277] Selain itu, ekonomi Italia
[278][279] dan Perancis juga meroket.
[280] Kebalikannya, Britania Raya berada dalam fase kekacauan ekonomi,
[281] dan terus memburuk selama beberapa dasawarsa.
[282]
Uni Soviet, meski menderita kerugian manusia dan material yang luar
biasa, juga mengalami peningkatan pesat produksi pada masa-masa
pascaperang.
[283] Jepang mengalami
pertumbuhan ekonomi pesat, menjadi salah satu ekonomi terkuat dunia pada tahun 1980-an.
[284] Tiongkok kembali ke produksi industrinya sebelum perang pada tahun 1952.
[285]
-
-
Komandan Agung 5 Juni 1945 di Berlin:
Korban dan kejahatan perang
Korban jiwa Perang Dunia II
Perkiraan total korban perang bervariasi, karena banyak kematian yang
tidak tercatat. Kebanyakan pihak memperkirakan sekitar 60 juta orang
tewas dalam perang, termasuk
20 juta tentara dan 40 juta warga sipil.
[286][287][288] Banyak warga sipil tewas akibat
wabah,
kelaparan,
pembantaian,
pengeboman, dan
genosida yang disengaja. Uni Soviet kehilangan sekitar 27 juta rakyatnya sepanjang perang,
[289] termasuk 8,7 juta personel militer dan 19 juta warga sipil. Pangsa korban jiwa militer terbesar adalah etnis
Rusia (5.756.000), diikuti etnis
Ukraina (1,377,400).
[290] Satu dari empat warga sipil Sovet dibunuh atau terluka dalam perang ini.
[291] Jerman mengalami 5,3 juta kematian militer, kebanyakan di Front Timur dan sepanjang pertempuran terakhir di Jerman.
[292]
Dari total korban tewas pada Perang Dunia II, sekitar 85
persen—kebanyakan Soviet dan Tiongkok—berada di pihak Sekutu dan 15
persen sisanya di pihak Poros. Sebagian besar kematian ini diakibatkan
oleh kejahatan perang
yang dilakukan pasukan Jerman dan
Jepang di wilayah pendudukan. Sekitar 11
[293] sampai 17 juta
[294]
warga sipil tewas akibat kebijakan ideologi Nazi secara langsung maupun
tidak langsung, termasuk genosida sistematis sekitar enam juta kaum
Yahudi sepanjang
Holocaust ditambah lima juta
bangsa Roma,
homoseksual, serta
Slav dan suku bangsa atau kaum minoritas lainnya.
[295]
Secara kasar 7,5 juta warga sipil tewas di Tiongkok selama pendudukan Jepang.
[296] Ratusan ribu (perkiraan bervariasi) etnis
Serbia, bersama gipsi dan Yahudi, dibunuh oleh
Ustaše Kroasia yang berpihak pada Poros di
Yugoslavia,
[297] dengan
pembunuhan balas dendam terhadap warga sipil Kroasia tepat setelah perang berakhir.
Warga sipil Tiongkok hendak dikubur hidup-hidup oleh tentara Jepang.
Kekejaman Jepang yang paling terkenal adalah
Pembantaian Nanking, yaitu ketika sekian ratus ribu warga sipil Tiongkok diperkosa dan dibunuh.
[298] Antara 3 juta hingga lebih dari 10 juta warga sipil, kebanyakan etnis Tionghoa, dibunuh oleh pasukan pendudukan Jepang.
[299] Mitsuyoshi Himeta melaporkan 2,7 juta korban jiwa selama dilaksanakannya
Sankō Sakusen. Jenderal
Yasuji Okamura menerapkan kebijakan ini di Heipei dan
Shantung.
[300]
Pasukan Poros memakai
senjata biologis dan
kimia dalam jumlah terbatas. Italia memakai
gas mustar saat
menaklukkan Abisinia,
[301] sementara
Angkatan Darat Kekaisaran Jepang memakai berbagai macam senjata saat
menyerbu dan menduduki Tiongkok (
lihat Unit 731)
[302][303] dan pada
konflik awal melawan Soviet.
[304] Baik Jerman dan
Jepang menguji senjata-senjata tersebut terhadap warga sipil
[305] serta
tahanan perang.
[306]
Meski banyak aksi Poros
diadili dalam pengadilan internasional pertama di dunia,
[307] insiden yang diakibatkan pihak Sekutu tidak diadili. Misalnya,
pemindahan penduduk di Uni Soviet dan
penahanan warga Jepang Amerika di Amerika Serikat;
Operasi Keelhaul,
[308] pengusiran penduduk Jerman setelah Perang Dunia II,
pemerkosaan pada pendudukan Jerman;
pembantaian Katyn
oleh Uni Soviet, yang tanggung jawabnya dituduhkan kepada Jerman.
Sejumlah besar kematian akibat kelaparan juga disebabkan oleh perang,
seperti
kelaparan Bengal 1943 dan
kelaparan Vietnam 1944–45.
[309]
Sejumlah sejarawan, seperti
Jörg Friedrich, menegaskan bahwa
pengeboman massal kawasan berpenduduk di wilayah musuh, termasuk
Tokyo dan terutama kota-kota Jerman di
Dresden,
Hamburg, dan
Koln
oleh Sekutu Barat, yang mengakibatkan kehancuran lebih dari 160 kota
dan kematian 600.000 warga sipil Jerman, bisa dianggap sebagai kejahatan
perang.
[310]
Kamp konsentrasi dan perbudakan
Nazi bertanggung jawab atas terjadinya Holocaust, yaitu pembunuhan
sekitar enam juta (meskipun jumlahnya diragukan) kaum Yahudi (kebanyakan
Ashkenazim), serta dua juta
etnis Polandia dan empat juta orang lainnya yang dianggap "
tidak layak hidup" (termasuk
orang cacat dan
sakit jiwa,
tahanan perang Soviet, homoseksual,
Freemason,
Saksi-Saksi Yehuwa, dan
Romani) sebagai bagian dari program pemusnahan dengan sengaja. Sekitar 12 juta orang, kebanyakan
penduduk Eropa Timur, dipekerjakan sebagai
buruh paksa di ekonomi perang Jerman.
[311]
Terlepas dari semua itu, ada beberapa pihak yang meragukan jumlah
korban Holocoust. Mereka beranggapan bahwa korban Holocoust tidak sampai
mencapai 6 juta orang, melainkan hanya ratusan ribu saja. Peristiwa ini
juga dianggap oleh pihak-pihak tertentu sebagai propaganda untuk
menarik simpati terhadap berdirinya negara
Israel. Banyaknya negara-negara
Eropa
memberikan hukuman bagi siapa saja yang tidak percaya pada peristiwa
Holocoust dan seringnya peristiwa ini ditunjukkan dalam film-film dan
dalam buku-buku sejarah, membuat pihak-pihak tersebut ragu akan
kebenaran peristiwa ini. Namun, terlepas dari semua keraguan itu,
peristiwa pembantaian dan penyiksaan terhadap Yahudi benar-benar ada,
meskipun jumlah korbannya masih kontroversial.
Selain
kamp konsentrasi Nazi,
gulag (
kamp buruh) Soviet mengakibatkan kematian warga sipil negara-negara yang diduduki seperti Polandia, Lituania, Latvia, dan Estonia, serta
tahanan perang Jerman dan bahkan warga sipil Soviet yang dianggap mendukung Nazi.
[312] Enam puluh persen
tahanan perang Jerman di Soviet tewas sepanjang perang.
[313] Richard Overy
memberi jumlah 5,7 juta tahanan perang Soviet. Dari jumlah tersebut, 57
persen meninggal dunia atau dibunuh dengan jumlah 3,6 juta orang.
[314]
Mantan tahanan perang Soviet dan warga sipil yang pulang diperlakukan
dengan kecurigaan luar biasa sebagai pendukung Nazi yang potensial, dan
beberapa di antara mereka dikirim ke Gulag setelah diperiksa NKVD.
[315]
Kamp tahanan perang Jepang, kebanyakan dipakai sebagai kamp buruh, juga memiliki tingkat kematian tinggi.
Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh menemukan tingkat kematian tahanan Barat adalah 27,1 persen (37 persen untuk tahanan perang Amerika Serikat),
[316] tujuh kali lebih tinggi daripada tahanan perang di Jerman dan Italia.
[317] Sementara 37.583 tahanan dari Britania Raya, 28.500 dari Belanda, dan 14.743 dari Amerika Serikat dilepaskan setelah
penyerahan diri Jepang, tahanan Tiongkok yang dilepas hanya 56 orang.
[318]
Menurut sejarawan Zhifen Ju, sedikitnya lima juta warga sipil
Tiongkok dari Tiongkok utara dan Manchukuo diperbudak antara 1935 dan
1941 oleh
Dewan Pembangunan Asia Timur, atau
Kōain, untuk bekerja di pertambangan dan industri perang. Setelah 1942, jumlah ini mencapai 10 juta orang.
[319] U.S. Library of Congress memperkirakan bahwa di
Jawa, antar 4 dan 10 juta
romusha
(bahasa Indonesia: "buruh manual"), dipaksa bekerja oleh militer
Jepang. Sekitar 270.000 buruh Jawa dikirim ke wilayah pendudukan Jepang
lain di Asia Tenggara, dan hanya 52.000 orang yang pulang ke Jawa.
[320]
Pada tanggal 19 Februari 1942, Roosevelt menandatangani
Perintah Eksekutif 9066 yang menahan ribuan orang Jepang,
Italia,
Jerman Amerika, dan sejumlah emigran dari Hawaii yang mengungsi setelah pengeboman
Pearl Harbor sampai perang berakhir. Pemerintah A.S. dan Kanada menahan 150.000 warga Jepang Amerika.
[321][322] Selain itu, 14.000 penduduk Jerman dan Italia di A.S. yang dianggap sebagai risiko keamanan juga ditahan.
[323]
Sesuai perjanjian Sekutu pada
Konferensi Yalta, jutaan tahanan perang dan warga sipil dimanfaatkan sebagai
buruh paksa oleh Uni Soviet.
[324] Dalam hal Hongaria,
penduduknya dipaksa bekerja untuk Uni Soviet sampai 1955.
[325]
Front dalam negeri dan produksi
Rasio PDB Sekutu dibandingkan dengan Poros
Di Eropa, sebelum pecah perang, Sekutu memiliki keunggulan signifikan
dalam hal populasi dan ekonomi. Pada tahun 1938, Sekutu Barat (Britania
Raya, Perancis, Polandia, dan Jajahan Britania) memiliki populasi 30
persen lebih besar dan produk domestik bruto 30 persen lebih besar
daripada Poros Eropa (Jerman dan Italia); jika koloni disertakan dalam
hitungan, Sekutu mendapatkan keunggulan 5:1 dalam jumlah penduduk dan
2:1 dalam PDB.
[326]
Di Asia pada saat yang sama, Tiongkok memiliki jumlah penduduk enam
kali lebih banyak daripada Jepang, tetapi PDB yang 89 persen lebih
tinggi; jumlah ini berkurang menjadi populasi tiga kali lebih banyak dan
PDB 38 persen lebih tinggi jika koloni-koloni Jepang disertakan dalam
hitungan.
[326]
Meski keunggulan ekonomi dan populasi Sekutu dimanfaatkan
besar-besaran selama serangan blitzkrieg awal Jerman dan Jepang, mereka
menjadi faktor penentu pada tahun 1942, setelah Amerika Serikat dan Uni
Soviet bergabung dengan Sekutu, setelah sebagian besar perang ini
menjadi perang atrisi.
[327]
Sementara kemampuan Sekutu untuk melampaui produksi Poros sering
dikaitkan dengan akses Sekutu yang besar ke sumber daya alam,
faktor-faktor lain, seperti keengganan Jerman dan Jepang untuk
mempekerjakan wanita dalam
tenaga kerja,
[328][329] pengeboman strategis oleh Sekutu,
[330][331] dan peralihan terbaru Jerman ke
ekonomi perang[332]
sangat berkontribusi besar. Selain itu, baik Jerman maupun Jepang tidak
berencana mengadakan perang yang berkepanjangan, dan tidak sanggup
melakukannya.
[333][334] Untuk meningkatkan produksi mereka, Jerman dan Jepang memanfaatkan jutaan
buruh budak;
[335] Jerman memanfaatkan 12 juta orang, kebanyakan dari Eropa Timur,
[311] sementara
Jepang memanfaatkan lebih dari 18 juta orang di Asia Timur Jauh.
[319][320]
Pendudukan
Di Eropa, pendudukan muncul dalam dua bentuk yang sangat berbeda. Di
Eropa Barat, Utara, dan Tengah (Perancis, Norwegia, Denmark,
Negara-Negara Hilir, dan
wilayah Cekoslowakia yang dianeksasi), Jerman menerapkan kebijakan ekonomi yang berhasil mengumpulkan 69,5 miliar
reichmark (27,8 miliar dolar AS) pada akhir perang; jumlah ini tidak meliputi
perampokan produk industri, perlengkapan militer, bahan mentah, dan barang-barang lain.
[336]
Dari situ, pendapatan yang muncul dari negara-negara pendudukan
mencapai 40 persen dari pendapatan yang dikumpulkan Jerman dari pajak,
jumlah yang meningkat hampir 40 persen dari total pendapatan Jerman
sepanjang perang.
[337]
Di Timur, keuntungan yang diharapkan dari
Lebensraum tidak pernah didapatkan karena garis depan yang berfluktuasi dan kebijakan
bumi hangus Soviet memusnahkan sumber daya bagi para penjajah Jerman.
[338] Tidak seperti di Barat,
kebijakan ras Nazi mengizinkan kekejaman berlebihan terhadap "
orang inferior" keturunan Slavik; sebagian besar serbuan Jerman disertai dengan
eksekusi massal.
[339] Meski
kelompok pemberontak berdiri di hampir semua teritori pendudukan, mereka tidak mengganggu operasi Jerman baik di Timur
[340] maupun Barat
[341] sampai akhir tahun 1943.
Di Asia, Jepang menyebut negara-negara di bawah pendudukannya sebagai bagian dari
Lingkup Persemakmuran Asia Timur Raya, yang pada dasarnya merupakan
hegemoni Jepang yang diklaim bertujuan membebaskan bangsa yang dikolonisasi.
[342]
Meski pasukan Jepang awalnya disambut sebagai pembebas dari dominasi
Eropa di sejumlah daerah, kekejaman mereka yang berlebihan mengubah
opini publik menjadi menentang mereka dalam hitungan minggu.
[343] Selama penaklukan awal Jepang, negara ini mencaplok 4.000.000 barrels (640.000 m
3) minyak (~5.5×10
5
ton) yang ditinggalkan oleh pasukan Sekutu yang mundur, dan pada tahun
1943 Jepang mampu merebut produksi minyak di Hindia Timur Belanda hingga
50 milliar barel, 76 persen dari tingkat produksinya tahun 1940.
[343]
Kemajuan teknologi dan peperangan
Pesawat terbang dimanfaatkan sebagai alat mata-mata,
pesawat tempur,
pengebom, dan bantuan darat, dan masing-masing perannya memperoleh kemajuan yang berarti. Inovasi-inovasi yang muncul meliputi
pengangkutan udara (kemampuan memindahkan suplai, perlengkapan, dan personel berprioritas tinggi dan terbatas dalam waktu singkat);
[344] dan
pengeboman strategis (pengeboman kawasan berpenduduk untuk menghancurkan industri dan moral).
[345] Persenjataan antipesawat juga dikembangkan, termasuk pertahanan
radar dan artileri darat-ke-udara, seperti
senjata 88 mm Jerman. Pemakaian
pesawat jet
dimulai dan meski pengenalannya yang terlambat memberi sedikit
pengaruh, pesawat jet kelak menjadi standar angkatan udara di seluruh
dunia.
[346]
Kemajuan dibuat di hampir segala aspek pertempuran laut, terutama
kapal angkut pesawat (kapal induk) dan kapal selam. Meski sejak awal
perang, peperangan
udara
menuai sedikit kesuksesan, berbagai aksi di Taranto, Pearl Harbor, Laut
Tiongkok Selatan, dan Laut Koral membuat kapal induk dianggap mampu
menggantikan kapal perang.
[347][348][349]
Di Atlantik,
kapal induk pengawal terbukti memainkan peran penting dalam konvoi Sekutu dan meningkatkan radius perlindungan efektif serta membantu menutup
celah Atlantik Tengah.
[350] Kapal induk juga lebih ekonomis daripada kapal perang karena biaya produksi pesawat yang relatif rendah
[351] dan tidak perlu diperkuat habis-habisan.
[352] Kapal selam, terbukti merupakan senjata efektif pada Perang Dunia Pertama,
[353] diantisipasi oleh semua pihak sebagai sesuatu yang terpenting nomor dua. Britania memfokuskan pengembangan
persenjataan dan taktik
antikapal selam, seperti
sonar dan konvoi, sementara Jerman berfokus pada memperbarui kemampuan serangannya dengan desain seperti
kapal selam Tipe VII dan taktik
wolfpack.
[354] Secara perlaham, teknologi baru Sekutu seperti
sinar Leigh,
hedgehog,
squid, dan
torpedo lacak terbukti unggul.
Peperangan darat berubah dari garis depan statis pada Perang Dunia I ke peningkatan mobilitas dan
senjata gabungan.
Tank, yang sering dipakai untuk membantu infanteri saat Perang Dunia Pertama, berubah menjadi senjata utama.
[355] Pada akhir 1930-an, desain tank lebih maju dibandingkan saat Perang Dunia I,
[356] dan
kemajuan terjadi sepanjang perang melalui peningkatan kecepatan, pertahanan, dan daya tembak.
Saat perang dimulai, kebanyakan komandan menduga tank musuh harus bertemu tank dengan spesifikasi yang lebih hebat.
[357]
Ide ini ditantang oleh performa buruk senjata tank awal yang relatif
ringan melawan kendaraan lapis baja, dan doktrin Jerman menghindari
pertempuran tank-versus-tank. Hal ini, bersama pemakaian senjata
gabungan oleh Jerman, termasuk di antara leemen kunci kesuksesan taktik
blitzkrieg mereka di Polandia dan Perancis.
[355] Banyak cara untuk
menghancurkan tank, termasuk dengan
artileri tidak langsung,
senjata antitank (baik yang ditarik maupun
gerak sendiri),
ranjau, senjata antitank infanteri jarak pendek, dan bahkan tank lain pun diikutsertakan.
[357] Bahkan dengan mekanisasi besar-besaran, infanteri masih merupakan tulang punggung seluruh pasukan,
[358] dan sepanjang perang, sebagian besar infanteri memiliki perlengkapan yang sama seperti saat Perang Dunia I.
[359]
Senjata mesin portabel meluas, seperti
MG42 Jerman dan berbagai
senjata submesin yang dimodifikasi untuk pertempuran jarak dekat di perkotaan dan hutan.
[359] Bedil serang,
sebuah pengembangan akhir perang yang mencakup berbagai fitur bedil dan
senjata submesin, menjadi senjata standar infanteri pascaperang untuk
sebagian besar angkatan bersenjata.
[360][361]
Sebagian besar pihak yang terlibat berupaya memecahkan masalah kompleksitas dan kerumitan yang muncul dari pemakaian
buku kode besar untuk
kriptografi dengan memakai mesin
sandi, yang paling terkenal adalah
mesin Enigma Jerman.
[362] SIGINT (
signals
intelligence) adalah proses melawan dekripsi yang pernah dipakai oleh Sekutu untuk memecahkan
kode laut Jepang[363] dan
Ultra dari Britania Raya, berasal dari metodologi dari
Polish Cipher Bureau, yang berhasil mengungkap Enigma selama tujuh tahun sebelum perang.
[364] Aspek lain
intelijen militer adalah pemakaian
kebohongan, yang berhasil dipakai oleh Sekutu dengan kesuksesan besar seperti dalam operasi
Mincemeat dan
Bodyguard.
[363][365]
Kemajuan teknologi dan rekayasa lainnya tercapai sepanjang atau setelah
perang, termasuk komputer-komputer terprogram pertama di dunia (
Z3,
Colossus, dan
ENIAC),
misil pandu dan
roket modern, pengembangan
senjata nuklir Proyek Manhattan,
penelitian operasi dan pengembangan
pelabuhan buatan dan
jalur pipa di bawah Selat Inggris.
[366]
-
Boeing B-17E Amerika Serikat. Sekutu kehilangan 160.000 penerbang dan 33.700 pesawat sepanjang perang udara di Eropa.
[367]
-
U-995 Type VIIC Jerman. Antara 1939 dan 1945, 3.500 kapal dagang Sekutu ditenggelamkan dengan mengorbankan 783 kapal-U Jerman.
-